
Foto: Disaat kerja bakti membersihkan dan membuat pagar untuk Situs Tawaang.
Tou Wuwuk Jaga Penanda Ingatan
Oleh: Kalfein M. Wuisan
Sejumlah Tou (orang/warga) Wuwuk dari berbagai elemen, membersihkan dan membuat pagar di situs budaya ‘Tawaang’, Kamis (19/5). Upaya ini merupakan langkah untuk menjaga penanda ingatan tentang eksistensi kampung Wuwuk. Situs Tawaang merupakan Kawak um Banua atau Situs Penjaga/Batas Kampung.
Situs Tawaang terletak di bukit Tawa’ang, di sebelah utara desa. Lokasinya, dilewati proyek pengerasan jalan Desa Wuwuk-Kapoya, dalam rangka program TNI Manunggal Masuk Desa (TMMD). Ketika dikunjungi, kondisi situs nampak kotor. Sampah bekas kemasan air minum mineral dan ranting pohon, berserakan di sekitar situs. Untunglah, tanah galian jalan tidak dibuang dilokasi situs. Sebelumnya, sudah diperingatkan oleh warga kepada operator alat berat. Walaupun begitu, masih ada juga sedikit tanah yang jatuh ke daerah situs. Mungkin karena situs tersebut berada di tanah miring, di samping jalan. Hal ini menimbulkan terjadinya insiden, yang menimpa alat berat dan mobil kerja proyek.
Oleh karena kondisi tersebut, sejumlah Tou Wuwuk berkunjung dan membersihkan situs Tawaang tersebut. Pemerintah Desa Wuwuk Barat diwakili Pala Masri Sumondakh, bersama tokoh masyarakat, Max Wulur dan Rolly Wuisan. Juga bersama-sama dengan generasi muda Wuwuk Raya, Aldi Egeten dan Kalfein Wuisan. Mereka melakukan bersih-bersih dan membuat pagar sementara di situs Tawaang ini.
Pala Masri Sumondakh mengatakan, upaya membersihkan atau menjaga Situs Tawaang merupakan sebuah kesadaran untuk menjaga peninggalan leluhur, yakni para pendiri Wuwuk. Usaha-usaha seperti ini dilakukan supaya generasi hari ini tidak lupa bahwa para pendiri Wuwuk berdoa kepada Sang Pencipta di tempat ini untuk kesejahteraan Wanua (kampung/desa) dan keturunannya,” kata Sumondakh selaku Kepala Jaga III Wuwuk Barat.
Di sisi lain, Max Wulur menuturkan, tempat ini merupakan penanda peradaban Minahasa di Wanua Wuwuk. Menurutnya ini harus dijaga. “Pembersihan dan pemagaran di Situs Tawa’ang merupakan cara mengisyaratkan kepada orang luar atau tamu yang datang ke Wuwuk. Secara tidak langsung, aktivitas ini telah memberitahukan tentang, lokasi ini adalah Situs Budaya desa dan harus dijaga. Ini harus diketahui supaya tidak terjadi insiden seperti yang dialami kendaraan proyek jalan waktu lalu,” tutur Wulur yang juga tokoh masyarakat Wuwuk.
Terkait peran Tou Wuwuk dalam menjaga situs budayanya, generasi muda, Aldi Egeten meminta pemerintah dan masyarakat hendaknya berperan aktif. “Situs budaya seperti Tawa’ang ini adalah penanda ingatan sejarah Wuwuk. Di suatu masa, para pendiri kampung melakukan sesuatu hal baik demi keberadaan Wuwuk sampai hari ini,” ungkap Egeten yang juga pegiat di Komunitas Penulis Muda Minahasa.
Terpisah, Hukum Tua Wuwuk, Rommy Oroh menyampaikan apresiasi atas upaya menjaga situs budaya ini lewat komentar di Facebook. Ia juga berjanji akan menggerakan pemerintah dan masyarakat untuk menjaga Situs Budaya. "Nanti akan mengajak masyarakat bersama pemerintah desa untuk sekiranya ada kesadaran, melihat dan melindungi tempat-tempat yang menjadi ikon budaya Tou Wuwuk Waya,” tulis Oroh dalam kolom komentar pada postingan di facebook.
Menjaga dan merawat situs budaya merupakan sebuah pekerjaan luhur. Juga sebagai penghormatan akan berkat Tuhan kepada Leluhur kampung yang sudah menjaga dan melindungi di suatu masa hingga saat ini. (***)