
Foto: Foto bersama.
Ratusan Fotografer 'Belah' Kelong Garden
Dari Hunting Lintas Komunitas Mawale Photography
Tomohon, ME
"Mata dang...tahan...yup...nice". Kalimat tersebut bergema dari sudut-sudut taman. Indahnya warna ribuan kelopak bunga, dipersolek perempuan-perempuan dalam balutan busana tradisional Minahasa. Orang-orang berpakaian kaos hitam merah berlambangkan kepala burung Manguni dengan mata berbentuk lensa, bertebaran di mana-mana.
Canda dan tawa terpancar dari wajah setiap orang yang ada. Senyum menawan dari perempuan-perempuan itu, menambah semangat untuk menghampiri. Sekira ratusan orang dengan kamera berbagai jenis dan ukuran, terhampar di taman berukuran puluhan hektar tersebut. Satu hal yang terpancar dari wajah orang-orang itu. Antusiasme dan Kegembiraan.
Begitulah suasa yang terekam dari acara Hunting Lintas Komunitas yang digelar Mawale Photography, Minggu (8/9). Kegiatan bertajuk 'Marijo foto for kebersamaan' itu, melibatkan berbagai Komunitas Fotografi di Bumi Nyiur Melambai. Tak pelak ratusan fotografer belah Kelong Garden Kota Tomohon, tempat kegiatan ini dilangsungkan.
Rio Ponix, Koordinator Hunting Lintas Komunitas Mawale Photography mengaku kegiatan ini dilangsungkan untuk memecah kekakuan yang terjadi di antara komunitas fotografi yang ada di Sulawesi Utara. Karena fotografi juga dianggap wadah untuk bersenang-senang dan kebersamaan.
"Intinya torang suka bafoto juga untuk fun," ujarnya. "Selain itu sama deng tema. Torang mau, lewat kegiatan ini tu kebersamaan antar setiap anggota komunitas fotografi di Sulut, boleh terjalin erat," harap Ponix.
Hunting Lintas Komunitas kali ini dihadiri oleh sejumlah komunitas 'tukang kuti' yang tersebar di Sulut. Ponix mengaku kegiatan ini bisa terlaksana karena kerjasama yang erat antar crew Mawale Photography. Dimana semua organ mengerjakan bagiannya dengan baik dan tekun.
"Ada ratusan fotogrfer dari puluhan komunitas foto yang datang pasiar sama-sama deng torang di acara ini," beber Ponix. Sementara Director Mawale Photography Greenhill Glanvon Weol mengatakan, Mawale selalu memandang fotografi itu sebagai bagian dari kebudayaan kekinian.
"Mawale Photography berkehendak mendekatkan dunia fotografi ke masyarakat luas," ujar Weol. "Menjadikan kembali fotografi sebagai bagian dari seni dan kebudayaan adalah salah satu tujuan utama kami," timpal pria yang aktif di dunia teater Sulut ini.
Fotografi juga dinilai bukan sebuah ruang eksklusif. Ada yang menganggap dunia fotografi itu selalu mahal, mewah dan glamor. Tapi, komunitas fotografi berbasis Budaya Minahasa tersebut menolak pendapat ini.
"Fotografi milik semua kalangan," kata pria berambut gondrong itu. "Di Mawale Photography kami memotret dengan menggunakan berbagai media. Mulai dari kamera film klasik, digital, bahkan memberi ruang untuk pengguna telepon genggam sebagai media pemotret," ungkap fotografer yang mengaku memilih landscape sebagai ruang pilihannya ini.
Beberapa model dilibatkan sebagai Point Of Interest (POI) dalam hunting kali ini. Itu dianggap sebagai daya tarik tersendiri bagi pribadi fotografer di Sulut. Namun, model yang ditampilkan untuk diabadikan dalam frame, bukan dalam nuansa eksploitatif.
"Kami tidak pernah menempatkan model sebagai objek," ungkap Weol. "Tapi sebagai bagian dari subjek interest Tou dan Tanah Minahasa," terang pria yang telah menerbitkan enam judul buku sastra ini.
Minahasa punya banyak sekali keindahan yang layak diabadikan dalam frame. 'Tanah Toar Lumimuut' juga mempunyai segundang Fotografer. Bahkan sejarah juga menorehkan tokoh-tokoh fotografi nasional asal tanah Minahasa.
"Sudah waktunya, mari jo foto torang pe Minahasa," pungkas pegiat budaya yang juga Director Mawale Cultural Center itu.
Acara Hunting Lintas Komunitas Mawale Photography ini dihadiri oleh , Kodakens Tomohon, Fotografer Manado, Spot Photography, Pewarta Foto, Gara-Gara Photography, Star Foto Community, Grap Photography, Hari-hari Fotografer, Manguni Photography dan puluhan freelance fotografer. (happy karundeng)