Batu Lisung di Roong Sudah Ada Sebelum Tradisi Waruga

Batu Lisung di Roong Kejutkan Budayawan Minahasa


Tondano, ME

Keberadaan Lisung di Roong Kecamatan Tondano Barat mengejutkan budayawan Tanah Toar Lumimuut. Baru sekarang ini beberapa budayawan menyaksikan di Tondano terdapat Lisung Tua yang merupakan tradisi orang Minahasa.

Batu bersejarah ini diam di keluarga Kandouw-Tuilan. Kadangakala jika ada pesta batu ini dimanfaatkan mereka untuk menumbuk bawang, cabe dan sebagainya. Menurut Opa Frit Kandouw (72), lisung tersebut telah ada semenjak ia masih kecil. Posisi sebelumnya berada di samping luar rumah. Kemudian dipindahkannya ke dalam rumah. Namun, tempat sebenarnya diambil dari danau Tondano, yang lokasinya berada hampir mendekati kampung Peleloan. "Bayangkan ini rumah ini so dua ratus (200) tahun di sini, apalagi tu batu pe lama," jelas Kandouw.

Lisung ini berbentuk bulat tak beraturan. Dalam lubang tempat tumbuknya begitu licin. Menurut Kandouw, di bawahnya berujung lancip atau runcing. Jadi, untuk meletakkannya perlu membuat lubang kemudian ditanam. Jika akan memindahkannya perlu digali kembali tanah pinggirannya.

Ceritanya, lisung tua ini dahulu dibawa oleh kakek dan ayah Frit Kondouw dari danau Tondano ke rumahnya di Roong menggunakan rakit. Pada waktu akan membawanya, di tempat lisung ini, ada juga 2 lisung lain berukuran lebih kecil, serta  'Dodutu' (alat menumbuk) dan 'Sesiru' (alat tapis) yang semuanya terbuat dari batu. Tapi, mereka hanya membawa satu Lisung, 'Dodutu' dan 'Sosiru'. Di tengah perjalanan sangat disayangkan tiba-tiba saja dodutu dan sosiru hanyut dan tenggelam. "Waktu dorang ada pi ambe itu nyanda sambarang mar orangtua ada kase mimpi. Kita kurang ada dengar le cerita dari ta pe orangtua sandiri," lugasnya.


Keberadaan lisung di Tondano ini mengagetkan beberapa budayawan Sulut. Ini dikarenakan sangat jarang ditemukan lisung di daerah Tondano. Berbeda dengan rumpun Tontemboan yang telah beberapa kali ditemukan lisung sebagai bukti peradaban tradisi ini.

Rinto Taroreh psikolog dan penghayat kebudayaan Minahasa mengatakan, jenis batu lisung ini termasuk tua. Dilihat dari bentuknya sangat berbeda dari beberapa lisung yang sudah ditemukan. "Lisung ini terbilang tua, jenis ini sudah ada sebelum tradisi waruga di Minahasa," papar Taroreh.

Peneliti Kebudayaan Minahasa Rikson Karundeng MTeol menjelaskan, peradaban lisung merupakan tradisi yang sangat tua. Kemunculan dari setiap jenis lisung itu memiliki masa-masa yang berlainan. Khusus untuk lisung satu ini sudah sangat lama.  "Ini nampaknya dipakai leluhur dulu khusus untuk ritual," tutur Karundeng. (arfin tompodung)



Sponsors

Sponsors