
Foto: Pelaksanaan Tradisi 'Pungguan' warga Jaton.
Tradisi 'Pungguan' Jaton, Sebuah Perjumpaan Budaya
Jelang Puasa Makam Kyai Mojo Ramai Peziarah
Tondano, ME
Mulai pagi hari, Sabtu (13/9), para peziarah berbondong-bondong mendatangi kompleks pekuburan Kelurahan Wulaun, Kecamatan Tondano Utara, sekitar area pemakaman Kyai Modjo.
Masing-masing menenteng plastik berisi campuran kembang dan membawa alat kebersihan seperti cangkul, parang dan sapu.
Mereka adalah warga Kampung Jawa Tondano (Jaton) yang datang melaksanakan tradisi 'pungguan' memasuki awal buka puasa.
Lurah Kampung Jawa, Suryanto Mertosono SP, menyebutkan, 'pungguan' adalah sebuah tradisi ziarah di makam leluhur, orang tua, keluarga atau kerabat yang diturunkan dari tetua kampung seperti Kyai Modjo dan lainnya.
Menurutnya, kebiasaan tersebut dibawa dari Jawa dan sudah berlangsung dari tahun ke tahun. Walaupun telah berkolaborasi, menyatu atau berdialog dengan budaya Minahasa ketika mengunjungi makam/tempat leluhurnya.
"Kalu torang pe opa-opa (Kyai Modjo dan lainnya) yang dorang Kyai Mojo kan Jawa, tapi torang pe oma-oma (istri Modjo dan lainnya) orang Minahasa," tutur Mertosono.
Kebiasaan ini dimaknai dengan cara membersihkan makam, menaburinya dengan kembang dan melakukan shalawat. Campuran kembang itu seperti daun pandan, bunga mawar ataupun melati.
Sehabis melakukan ziarah mereka makan bersama/beramai-ramai di sekitaran makam itu. Makanannya merupakan bekal dari rumah. Ada pula yang setelah itu melaksanakan acara di rumah mereka. Biasanya karena kerabat dan keluarga sedang terkumpul.
"Tradisi makan bersama adalah tradisi orang Minahasa. Jenis makanannya memang dari khas Jawa, tapi rasanya terkadang beda, ba pedis-pedis," tuturnya.
"Karena yang meracik itu torang pe oma-oma. Torang pe oma-oma kan yang ja momasa. Dorang itu orang Minahasa," tambahnya.
Dengan tradisi ini keluarga atau warga kampung Jawa yang telah berdomisili di daerah luar Tondano ikut terkumpul.
'Pungguan' menjadi kesempatan pertemuan saudara dan kerabat masyarakat Jaton dari luar daerah.
Denni Pinontoan MTeol, akademisi di bidang agama-agama dan peneliti Kebudayaan Minahasa mengatakan, 'pungguan' adalah tradisi Jawa yang dilakukan dengan berziarah ke makam keluarga atau leluhur.
Baginya 'pungguan' di Jaton terus dipraktikkan sebab terjadi dialog dalam perjumpaannya dengan tradisi ziarah orang Minahasa.
"Dalam Kekristenan Minahasa pun ada ziarah ke makam keluarga. Ketika Desember menjelang Natal tanggal 24 atau tanggal 31 menjelang tahun baru. 'Pungguan' juga dilaksanakan sebelum buka puasa atau ketupat," jelasnya.
"Karena dalam kebudayaan Minahasa ada tradisi penghormatan kepada leluhur," tutupnya. (arfin tompodung)