
Tokoh Gereja Sulut Desak Novel Beraroma 'Penistaan Kristen' Ditarik
Dinilai Berdampak Negatif Bagi Siswa
Manado, ME
Temuan novel 'penistaan Kristen' di Sulawesi Utara, tuai reaksi keras pemuka Nasrani di Bumi Nyiur Melambai. Para tokoh panutan masyarakat itu, sehati mendesak pemerintah Sulut, khususnya dinas pendidikan (Diknas) untuk segera menarik karya tulis yang menyinggung Trinitas yang diimani umat Kristiani di seantero bumi.
Roman berlabel Tidak Hilang Sebuah Nama (THSN) tersebut,
dinilai tak mendidik serta beraroma penodaan keyakinan umat Nasrani. "Jika tidak secepatnya ditarik, maka ditakutkan novel itu akan memberikan dampak negatif bagi pelajar Kristen," ujar Sekretaris Asosiasi Pendeta Indonesia (API) Manado, Pdt Remon Mantik STh.
Pun demikian, Mantik berharap agar umat Kristiani di Sulut tidak terpancing dengan beredarnya buku tersebut. "Marilah kita menangani persoalan ini dengan kepala dingin. Tunjukan iman Kristiani kita dengan menyelesaikan permasalahan ini dengan kasih," tutupnya.
Senada disampaikan Sekretaris Umum Sinode GMIM, Pdt Arthur Rumengan MTheol. “Buku yang tak pas untuk dikomsumsi anak sekolah, harusnya tak dipergunakan. Sebab bisa menimbulkan pemahaman yang menyimpang,” ujarnya.
“Seharusnya pihak sekolah menyeleksi setiap literatur yang masuk. Kalau tak layak mestinya ditolak. Kan kepsek punya hak untuk melakukan itu,” sambung pemimpin di salah satu organisasi gereja terbesar di Sulut itu.
Ia pun minta temuan buku yang telah ditarik peredaran itu untuk diselidiki lebih lanjut. “Buku yang menyinggung agama sebaiknya ditarik dari peredarannya. Karya tulis yang baik, mestinya membuka ruang beragama dengan bahasa bahasa internal dan tidak eksternal sifatnya,” kuncinya.
LEGISLATOR IKUT KECAM
Nada protes terhadap peredaran buku garapan Galang Lutfiyanto juga datang dari sejumlah Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Sulut. Para wakil rakyat mendesak novel penistaan agama yang ditemukan beredar di SMP Negeri I Tomohon, untuk segera ditarik.
"Kami prihatin dengan masih beredarnya novel ini. Buku itu mesti segera ditarik, karena tidak memberikan pendidikan yang baik bagi anak sekolah,” tegas Ketua Komisi I DPRD Sulut, Jhon Dumais.
Meski begitu, politisi demokrat itu mengimbau
warga Sulut untuk tidak terprovokasi dengan beredarnya buku tersebut. “Kami minta Diknas Sulut untuk lebih teliti lagi untuk merekom buku ke sekolah sekolah. Apalagi yang menyindir agama. Sebab isu agama sangat rawan,” tandasnya.
Penegasan serupa dilontarkan anggota Komisi IV DPRD Sulut, Diana Lady Rogi. Menurutnya, pihak seklah harus memusnahkan novel tersebut. "Novel itu yang saya tahu sudah dilarang beredar. Buku itu bahaya dan tidak boleh berada di perpustakaan sekolah. Bisa-bisa novel tersebut bisa mempengaruhi mental para siswa. Untuk itu, saya himbau kepada sekolah-sekolah harus teliti lagi dalam peredaran buku-buku yang bernuansa SARA," tandas Rogi.
Kepala Diknas Sulut, Star Wowor ketika dikonfirmasi Media Sulut mengklaim peredaran novel THSN itu telah ditarik di sekolah-sekolah sejak tahun 2011 lalu. “Novel itu sudah ditarik,” tegasnya.
Namun dengan ditemukannya kembali buku setebal 216 halaman itu, maka Ia meminta seluruh sekolah di Sulut untuk memeriksa ulang setiap buku yang berada di Perpustakaan. “Jika ditemukan lagi novel itu, maka sekolah harus segera mengamankannya. Jangan sampai dikomsumsi lagi oleh siswa,” lugasnya lagi.
Wowor juga meminta pihak sekolah untuk lebih selektif dalam menyediakan bacaan di perpusatakaan. “Usahakan, buku mendidik yang disajikan oleh perpustakaan sekolah,” tandasnya sembari meminta masyarakat untuk melaporkan kepada pihak berwajib bila masih ada oknum yang masih mengedarkan novel kontrofersial itu itu di Sulut.
Diketahui, Novel beraroma porno itu secara lantang mempertanyakan konsep Tritunggal, Allah, Anak dan Roh Kudus yang dipercaya sebagai oleh umat Kristiani. Tulisan berbentuk penistaan Agama itu, tertera di halaman 162 dan 163. Di lembaran itu menceritakan seorang tokoh bernama Hendrik yang mempertanyakan tentang kebenaran Trinitas. Malah Hendrik menyatakan pikirannya tentang ketidakbenaran Tritunggal kepada seorang tokoh perempuan bernama Odive. (tim me)
Foto: Novel berisi tulisan yang 'menodai Kristen' diminta segera ditarik sekolah sekkolah di Sulut. (ist)